Selasa, 26 Oktober 2010

PROPOSAL PENDIRIAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZ AL QUR'AN “NURUM MUBIN”


PROYEK PROPOSAL
PENDIRIAN PONDOK PESANTREN
TAHFIDZ AL QUR'AN “NURUM MUBIN”



NAMA KEGIATAN

Pendirian Ma’had Pendidikan dan Dakwah Islamiyah “Nurum Mubin”.



LATAR BELAKANG

Kemajuan zaman (teknologi[1] informasi) yang telah terjadi dewasa ini, tidak serta merta menjadikan akhlak dan pengetahuan agama seseorang semakin menjadi baik. Bahkan, kemajuan teknologi yang ada sekarang telah banyak disalahgunakan untuk kepentingan yang merusak jati diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang beradab, bahkan merusak tatanan agama yang telah disyari’atkan oleh sang pemilik kehidupan ini.
Akibat yang terjadi adalah kita sulit mendapatkan anak-anak pada usia tujuh sampai dua belas tahun yang mampu mempelajari dan menghapal al Qur’an dengan baik dan benar, apalagi mau mengamalkan kandungan yang ada di dalamnya. Bahkan anak-anak tersebut sudah sangat jarang mengenal siapa saja tokoh-tokoh pejuang Islam dikalangan para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan generasi-generasi sesudahnya. Mereka lebih mengenal nama-nama pemeran film anak ataupun kartun seperti Sponge Bob, Transformers, Doraemon, Dragon Balls, Naruto dan masih banyak lagi yang lainnya. Lebih parahnya lagi adalah menjadikan mereka semua (bintang film tersebut) sebagai idolanya, sehingga semua tingkah lakunya mengikut apa-apa yang telah mereka perankan. Anak-anak pada zaman ini tidak lagi menjadikan tokoh-tokoh dan para pejuang Islam sebagai idola mereka, bahkan meskipun itu Rasulullah r.
Terutama sekali pada anak-anak yang telah memasuki masa puber (antara usia 13-21 tahun, atau mereka yang telah duduk di bangku SMP, SMA maupun Mahasiswa). Anak-anak tersebut lebih senang menjalani aktifitas yang cenderung melalaikan (sia-sia) dan merusak jati diri dan agamanya. Mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan cara berkumpul bersama teman-teman sebayanya tanpa ada tujuan yang jelas, membicarakan perkara-perkara yang tidak bermanfaat (bahkan ghibah) dan mengadakan berbagai bentuk kegiatan dan permainan yang melalaikan. Mereka berlama-lama duduk di depan layar kaca, menghadiri konser musik dan acara hiburan lainnya, mencari hubungan pertemanan melalui Facebook, Twitter maupun Chating. Bahkan yang lebih parah lagi adalah mereka telah masuk dalam pergaulan bebas yang dapat membahayakan diri dan masa depan mereka sendiri.
Ini semua terjadi karena biasanya orangtua cenderung bersikap acuh tak acuh terhadap kemampuan dan perkembangan agama yang ada pada anak-anak mereka. Para orangtua lebih senang jika anak-anaknya berprestasi dalam hal pendidikan umum ataupun bentuk karya yang lainnya. Dan untuk mendapatkan maksud tersebut para orangtua mau berusaha mati-matian, bahkan rela mengorbankan apa saja yang mereka miliki. Jika maksud yang diinginkan itu berbenturan dengan kepentingan agama, maka banyak diantara orangtua yang lebih mendahulukan kepentingan pendidikan atau karya anak-anaknya. Contohnya adalah jika anak-anak sedang belajar untuk menghadapi ujian, kemudian tiba waktu sholat maka banyak orangtua yang berkata, “Sementara ini tidak usah shalat dulu gak papa, yang penting belajar yang baik biar nanti nilainya bagus dan bisa lulus ujian!”
Orangtua lebih banyak menomorduakan masalah agama dan hal-hal yang berhubungan dengan agama. Bahkan dewasa ini banyak diantara orangtua yang terjebak dengan sistim pendidikan serta pola pikir orang-orang barat dan kaum misionaris, yang notabene mereka ingin menjauhkan generasi muda Islam dari ajaran agama yang mulia ini, atau setidak-tidaknya menghilangkan jati diri keislaman pada diri pemuda-pemudi muslimin.
Paham kebebasan dan hak asasi yang selama ini mereka gembar-gemborkan telah menghancurkan sendi-sendi moral dan agama kita. Sedikit demi sedikit mereka telah menarik pemuda pemudi muslim untuk mengikuti pola pikir dan cara hidup mereka. Bahkan untuk keperluan itu mereka mampu memberikan pendidikan secara gratis (biasiswa) kepada generasi muda Islam untuk disekolahkan di sekolah-sekolah luar negri seperti Amerika, Inggris, Belanda, Swedia, Australia, Jerman dan berbagai negara kristen lainnya, dengan salah satu tujuannya adalah meracuni pola pikir pemuda kita.
Hasilnya adalah meskipun para pelajar yang lulus dari negeri kafir itu tetap ber KTP Islam, namun pola pikir dan tindakan-tindakan yang mereka ambil jauh dari nilai-nilai ke-Islam-an, serta sangat membahayakan bagi eksistensi agama Islam itu sendiri. Anda semua tau bagaimana sarjana-sarjana produk barat itu telah berkata, “Jilbab itu budaya orang-orang arab”, “Hak waris antara wanita dan pria itu harusnya seimbang”, “Al Qur’an juga mengajarkan pornografi”, “Perempuan boleh menjadi Imam bagi kaum laki-laki”, “Muhammad r itu orang juga, sehingga tidak akan terlepas dari kesalahan”, “Semua agama itu sama saja” dan berbagai macam ungkapan lainnya yang bisa menyebabkan terlepasnya keimanan seseorang dari agama yang mulia dan yang paling benar ini.
Allah Y berfirman;

`s9ur 4ÓyÌös? y7Ytã ߊqåkuŽø9$# Ÿwur 3t»|Á¨Y9$# 4Ó®Lym yìÎ6®Ks? öNåktJ¯=ÏB 3 ö@è% žcÎ) yèd «!$# uqèd 3yçlù;$# 3 ÈûÈõs9ur |M÷èt7¨?$# Nèduä!#uq÷dr& y÷èt/ Ï%©!$# x8uä!%y` z`ÏB ÉOù=Ïèø9$#   $tB y7s9 z`ÏB «!$# `ÏB <cÍ<ur Ÿwur AŽÅÁtR ÇÊËÉÈ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah [2] : 120)

Adanya pola pikir dan pendidikan yang demikian membentuk karakter anak yang brutal dan susah terkendali, sehingga mereka mempunyai sifat egois yang tinggi, mudah tersinggung, melalai-lalaikan bahkan meremehkan masalah agama, bersikap masa bodoh, tidak mau diatur, dan berbagai sifat yang buruk lainnya. Lebih parahnya lagi adalah dengan sebab kebodohan dan ketidakpedulian ummat muslim akan masalah agamanya, banyak anak-anak sekarang yang sudah tidak mempunyai adab (akhlak) lagi kepada orangtuanya. Anak-anak tersebut mulai berani membantah perkara ma’ruf yang diperintahkan orangtuanya, bahkan banyak diantara mereka yang mulai berani melawan atau bahkan dengan tega menyakiti maupun membunuh orangtuanya sendiri (akibat permintaannya tidak dituruti).
Selain akibat dari kurangnya perhatian orangtua atas perkara agama dan akhlak, pola fikir dan sifat yang demikian juga terbentuk akibat salah dalam memilih lingkungan dan teman pergaulannya. Padahal teman dan lingkungan merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam pembentukan karakter dan akhlak anak-anak. Demikian juga dukungan mass media dan pengaruh pola pikir barat (melalui LSM, seminar-seminar, media masa dan lain sebagainya) yang notabene ingin merusak akidah dan akhlak generasi muda Islam, semakin memperparah rusaknya generasi ummat dewasa ini.
Allah Y telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya mendidik anak dan mengarahkan mereka agar memilih teman-teman yang baik, serta siapa-siapa saja yang harus dan layak kita gauli;

#sŒÎ)ur |M÷ƒr&u tûïÏ%©!$# tbqàÊqèƒs þÎû $uZÏF»tƒ#uä óÚ͏ôãr'sù öNåk÷]tã 4Ó®Lym (#qàÊqèƒs Îû B]ƒÏtn ¾ÍnÎŽöxî 4 $¨BÎ)ur y7¨ZuŠÅ¡Yムß`»sÜø¤±9$# Ÿxsù ôãèø)s? y÷èt/ 3tò2Éj9$# yìtB ÏQöqs)ø9$# tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÏÑÈ

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (Al An’am [6] : 68)

ÍsŒur šúïÏ%©!$# (#räsƒªB$# öNåks]ƒÏŠ $Y6Ïès9 #Yqôgs9ur ÞOßgø?§sïur äo4quysø9$# $u÷R9$# 4 öÅe2sŒur ÿ¾ÏmÎ/ br& Ÿ@|¡ö6è? 6§øÿtR $yJÎ/ ôMt6|¡x. }§øŠs9 $olm; `ÏB Âcrߊ «!$# @Í<ur Ÿwur ÓìÏÿx© ÇÐÉÈ

Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau[2], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah…..”
(Al An’am [6] : 70)

Éè{ uqøÿyèø9$# óßDù&ur Å$óãèø9$$Î/ óÚ̍ôãr&ur Ç`tã šúüÎ=Îg»pgø:$# ÇÊÒÒÈ

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Al A’raaf [7] : 199)

Rasulullah r sendiri telah memberikan nasehat kepada kita agar mampu menjadi pribadi muslim yang baik. Abu Hurairah t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR Tirmidzi) Pada hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda, “Seseorang tidak akan sampai pada derajat taqwa sebelum ia meninggalkan perkara yang tidak berguna karena khawatir berbuat sia-sia.”
Adanya degradasi moral yang sudah begitu parah ini menyebabkan beralihnya kebiasaan dan kesenangan anak-anak serta para remaja muslim, dari senang berlama-lama membaca Al Qur’an menjadi senang berlama-lama membaca koran dan majalah atau melihat TV/bioskop; dari senang menghadiri majelis-majelis ta’lim menjadi senang mencari dan menghadiri acara-acara hiburan (seperti konser, pesta-pesta atau perayaan, diskotik atau acara pertemanan); dari senang menolong dan mengutamakan (itsar) sesama menjadi senang membuat susah orang lain (dengan cara meng”ghibah”, menfitnah, menjatuhkah dan berbagai tipu daya lainnya); dari senang menyedekahkan hartanya di jalan Allah menjadi senang membelanjakan dan menghambur-hamburkan uangnya.
Ini adalah sebagain kecil dari berbagai macam penyimpangan moral dan akhlak yang sudah begitu akut dan telah menjangkiti generasi ummat Islam dewasa ini. Maka sudah sewajarnya jika pada masa sekarang ini kemampuan anak dalam memahami Al Qur’an sangat rendah, apalagi untuk mau menghapalkan dan mengamalkan isinya. Sehingga yang akan terjadi adalah lambat laun agama Islam hanyalah tersisa namanya saja, dan Al qur’an hanya tersisa tulisannya saja. Dan ini mulai terbukti dimana sangat banyak dikalangan orang Islam sendiri yang tidak mengerti apa itu Islam, meninggalkan sebagian (ataupun seluruhnya) ajaran Islam, bahkan mulai banyak yang berani menentang dan mempertanyakan kebenaran ajaran Islam. Mereka mulai ragu dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam.
Ini sangat sesuai dengan apa yang telah diberitakan oleh Rasulullah r dalam kitab  Al Misykat;

سيأتى على الناس زمان لايبقى من الإسلام إلا اسمه ولا من القرآن إلا رسمه

Artinya; “Akan datang suatu zaman bahwa tidak akan tersisa Islam kecuali namanya saja dan tidak pula Al Qur’an kecuali tulisannya saja.”
Dikalangan anak-anak, para remaja, orang-orang dewasa bahkan sampai pada orang tua, banyak yang belum bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar (mengerti hukum-hukum tajwid dan mengamalkan tanda baca dan waqafnya). Kemampuan membaca mereka hanya sekedar mampu membedakan huruf-hurufnya saja, atau hanya mampu membaca Al Qur’an dengan terbata-bata, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa membedakannya (membaca). Mereka membaca Al Qur’an dengan terbata-bata dan sama sekali tidak memperhatikan makhrojul huruf dan maad bacaan Al Qur’an serta tanda-tanda waqafnya. Itupun masih bisa dikatakan lumayan karena mereka masih mau membaca Al Qur’an. Dan banyak pula diantara orang-orang Islam yang sama sekali tidak mau (peduli) membaca Al Qur’an, padahal hak Al Qur’an itu minimal dihatamkan dua kali dalam setahun[3]. Penyusun Majma’ (dalam Kitab Fadhilah Al Qur’an, oleh Syekhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandhalawi rah.) telah mengutip babarapa hadits dari Rasulullah r yang diantara isinya adalah barangsiapa mengkhatamkan Al Qur’an dalam empat puluh hari, maka sungguh ia telah berlambat-lambat (dalam agama).
Yang paling baik adalah menghatamkan Al Qur’an dalam masa tiga hari ataupun tujuh hari, kemudian disertai dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Inilah yang menjadi kebiasaan para sahabat, tabi’in dan para shalihin. Mereka menghatamkan Al Qur’an setiap pekan, dimulai pada hari jum’at dan akan selesai (khatam) pada hari kamis. Malam hari mereka sibukkan dirinya dengan membaca dan merenungi makna Al Qur’an, kemudian pada siang harinya mereka disibukkan mengamalkan apa-apa yang terkandung di dalam Al Qur’an.

Wahai Ahli Al Qur’an, jangan jadikan Al Qur’an sebagai bantal, dan bacalah dengan sungguh-sungguh pada siang dan malam, sebarkanlah ia, dan bacalah ia dengan suara yang merdu. Renungkanlah isinya agar kamu beruntung, dan janganlah kamu meminta disegerakan upahnya (di dunia), karena sesungguhnya ia memiliki ganjaran (di akherat).”
(HR Baihaqi, dalam kitab Syu’bul Imaan. Diriwayatkan oleh Ubaidah Al Mulaiki t,
dari Rasulullah r)

“Orang-orang dulu memahami Al Qur’an itu sebagai firman Allah Y, sepanjang malam mereka bertafakkur dan tadabbur Al Qur’an, dan sepanjang siang mereka sibuk mengamalkannya. Sedangkan kalian (hanya) memperhatikan huruf fathah dan dhammahnya saja, tanpa menganggapnya sebagai firman Allah Y, sehingga tidak bertafakkur dan bertadabbur atasnya.”
(Hasan Basri rah.)

Ini merupakan salah satu bagian dari beberapa penyebab yang menjadikan ummat ini semakin rusak dan melemah. Kita semua tahu bagaimana kondisi anak-anak dan pemuda pemudi Islam dewasa ini!? Kehancuran akhlak, kebobrokan moral, menjadi anak yang cengeng dan manja, tidak punya pendirian dan jati diri, serta suka akan berbagai bentuk permainan dan hura-hura, merupakan beberapa hal dari sekian banyak penyakit yang telah menjangkiti generasi ummat Islam. Dan semua itu berawal dari ditinggalkannya Al Qur’an sebagai pegangan hidup dan penyelamat masa depannya.
Imam Malik bin Anas rah telah meriwayatkan di dalam kitab beliau ‘Al Muwaththa’, sesungguhnya telah sampai berita kepadanya bahwa Rasulullah r bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara yang mana kalian sekali-kali tidak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.” (HR Imam Malik, di dalam Al Muwaththa’, Bab Larangan Membicarakan Perihal Taqdir, hal 702)

Aku tinggalkan pada kalian dua nasehat, yang satu berbicara dan yang lainnya diam. Yang berbicara adalah Al Qur’an dan yang diam adalah mengingat maut.”

Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah t, katanya: "Pada suatu hari setelah shalat shubuh, Rasulullah r pernah memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang amat menyentuh hingga membuat air mata berlinangan dan hati bergetar. Karenanya ada seseorang berkata: ‘Sesungguhnya nasehat ini merupakan ucapan selamat tinggal, karena itu kepada apakah engkau mengajak kami wahai Rasulullah?
Rasulullah r menjawab, ‘Saya wasiatkan kepada kalian, hendaklah kalian semua bertaqwa kepada Allah, juga harus mendengarkan dan mentaati pemimpin (Amir) walaupun yang memerintah kalian itu seorang hamba sahaya dari Habsyi. Kerana sesungguhnya barangsiapa yang masih (dikaruniai) hidup panjang di antara kalian (setelahku), ia akan melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau semua berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang memperoleh petunjuk (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali y). Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi geraham kalian (yakni berpegang teguhlah padanya sekuat-kuatnya). Dan jauhilah olehmu semua dari melakukan perkara-perkara yang baru, kerana sesungguhnya yang demikian itu adalah sesat." (HR Imam Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketika berbagai macam penyakit telah menggerogoti ummat ini, maka harus segera dicarikan solusi dan obat yang tepat untuk menyembuhkannya. Jika tidak, maka penyakit-penyakit tersebut akan semakin parah dan sulit untuk disembuhkan. Begitu juga ibaratnya hati setiap manusia, jika manusia berbuat satu kemaksiatan (dosa), maka akan terbentuk satu titik hitam yang menempel lekat di dalam hati. Jika ia sungguh-sungguh bertaubat maka titik hitam itu akan menghilang. Namun jika mereka berbuat kemaksiatan lagi maka titik hitam yang berikutnya juga akan menempel, dan begitulah seterusnya hingga semua titik hitam tersebut akan menutupi seluruh hati manusia (seiring dengan bertambahnya perbuatan maksiat yang mereka kerjakan), sehingga hati menjadi keras dan berkarat.
Akibatnya adalah manusia sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melaksanakan perintah-perintah Allah Y dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak ada lagi perasaan benci atas perbuatan mungkar walaupun itu dilakukan di depan matanya (bahkan dirinyapun turut larut dalam perbuatan mungkar tersebut), tidak bisa membedakan lagi mana yang makruf dan mana yang mungkar, tidak mau (sulit untuk) berbuat kebaikan dan hatinya selalu cenderung pada kemaksiatan.
Allah Y telah menerangkan perbuatan mereka yang telah saya sebutkan di muka dengan firman-Nya;

žxx. ( 2ö@t/ tb#u 4n?tã NÍkÍ5qè=è% $¨B (#qçR%x. tbqç6Å¡õ3tƒ ÇÊÍÈ

Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati-hati mereka.” (Al Muthaffifiin : 14)
Mudah-mudahan Allah Y melindungi diri kita dari perkara yang demikian, amiin.
Selain dari pada itu, orang yang tidak terdapat Al Qur’an di dalam hatinya maka akan sangat sulit untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang ma’ruf. Mereka akan selalu terpuruk dan terjerumus  dalam lembah kemaksiatan, dan sulit untuk keluar daripadanya. Tiadalah kebaikan yang tersisa di dalam hatinya kecuali kalimat Tuhannya “Laa ilaaha illallaah”. Bagaikan rumah kosong yang di dalamnya tidak menyisakan barang-barang apapun sebagai keperluan hidup dalam berumah tangga, kecuali hanya tinggal bangunan rumahnya saja. Dan sungguh… orang yang menjadi penghuni rumah kosong tersebut sangat jauh dari kebahagiaan dan ketentraman, dan bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, para penghuninya lebih dekat pada kehinaan dan kebinasaan.

Dari Ibnu Abbas y, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tiada sedikitpun dari Al Qur’an adalah seperti rumah yang kosong.” (HR Tirmidzi)

Dan salah satu cara untuk menghapus titik-titik hitam yang sudah melekat kuat di dalam hati adalah dengan memperbanyak membaca, bertafakkur dan bertadabbur akan kandungan yang terdapat di dalam Al Qur’an. Inilah kabar yang telah diberitakan oleh Allah Y dan telah disampaikan Rasulullah r, serta merupakan salah satu cara yang paling mujarab yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ummat yang sudah sedemikian parah (berkarat) ini.

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrߐÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus : 57)

Dari Ibnu Umar y, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air.” Tanya sahabat, “Apa pembersihnya ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Banyak mengingat maut dan membaca Al Qur’an.” (HR Baihaqi)
Kalau kita hanya berpangku tangan melihat semua penderitaan, kehinaan dan keruntuhan ummat ini, maka tunggulah saat terjadinya kehancuran agama yang sangat kita cintai ini. Akan terjadi fitnah besar yang segera menimpa ummat ini atas kelalaian akan tugas dan tanggungjawabnya untuk menjaga, menyebarkan dan mengamalkan ajaran Al Qur’an. Para pemimpin akan berbuat semena-mena, rakyat banyak yang tertindas dan berbuat anarkis, korupsi merajalela, kemaksiatan terjadi merata dimana-mana, semua orang akan berlaku seenaknya sendiri (dengan dalih kebebasan), anak-anak tidak lagi menghormati orang tua dan orang tuapun tidak menyayangi anak-anak, para ulama’ tidak ditempatkan sebagaimana mestinya (dimuliakan) bahkan ajarannyapun dianggap sebagai mainan dan gurauan belaka, orang-orang berani melakukan kemaksiatan secara terang-terangan, yang halal diharamkan dan yang harampun banyak yang dihalalkan, serta masih banyak lagi berbagai macam bentuk fitnah yang sedang/dan akan menimpa ummat ini.
Ibnu Abbas y telah berkata, ketika Jibril u turun menemui Rasulullah r, maka ia mengabarkan akan adanya banyak fitnah kepada beliau. Rasulullah r bertanya, “Bagaimana jalan keluar darinya, wahai Jibril?”
Jibril menjawab, “Kitabullah.” (HR Razin, dalam kitab Ar Rahmatul Mahdah)
Dan semua bentuk fitnah tersebut sudah banyak yang terjadi di depan kita, dan bahkan anda bisa mendengar dan juga bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri. Berapa banyak ummat muslim yang saat ini ditindas, dilecehkan, dihinakan, dijajah, dibunuh, diperkosa, harta benda mereka dirampas, dan yang diusir dari kampung halamannya. Demikian juga fitnah-fitnah yang terjadi diantara kaum muslimin sendiri seperti adanya sikap saling merendahkan satu dengan yang lainnya, mencemooh, menghina, menghalalkan darah saudara seiman, berpecah belah, timbulnya berbagai macam amalan (juga agama atau aliran baru) yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah r, bahkan sampai dengan munculnya banyak orang yang mengaku sebagai nabi palsu. Bahkan mereka (orang-orang kafir) sangat berani menghina dan melecehkan nabi kita Muhammad r, yang mana tidak pernah terjadi ketika ummat ini dalam keadaan kuat dan disegani.
Belum lagi fitnah-fitnah yang dengan sengaja telah disebarkan oleh kaum misionaris yang ingin melemahkan dan menghancurkan agama Islam. Mereka telah merusak pola pikir, budaya dan akhlak (moral) generasi Islam, bahkan mereka telah berani membuat hadits-hadits palsu, dan yang terkini adalah membuat qur’an palsu dalam bahasa (tulisan) arab. Mereka telah menyebarkan qur’an tersebut di kalangan masyarakat (Islam) awam dan masyarakat (awam) menyangka bahwa itu adalah sama seperti Al Qur’an yang selama ini menjadi pegangan dan rujukan kaum muslimin.
Bagaimana tidak … mereka (ummat Islam) tidak pernah menghapalkan Al Qur’an, tidak mengerti isinya, tidak pernah mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai Al Qur’an, tidak mengerti bahasa arab, bahkan tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Dengan kondisi pengetahuan dan kefahaman ummat Islam terhadap agamanya yang seperti ini, bagaimana mungkin ummat ini bisa menjaga kemuliaan dan kehormatan agamanya!?

Dari Abu Musa Al Asy’ari t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya sebagian dari mengagungkan Allah adalah memuliakan seorang muslim yang sudah tua, memuliakan seorang penghapal Al Qur’an yang tidak melampaui batas dalam bacaan dan tajwidnya juga tidak pernah meninggalkan baca Al Qur’an, dan menghormati pemimpin yang adil.” (HR Abu Dawud, bab Tentang Memperlakukan Orang Lain Sesuai dengan Kedudukannya, Hadits Nomor 4843)

Maka jika ummat Islam tidak segera bangkit dan saling bahu-membahu untuk menegakkan dan mengokohkan agama ini, mereka akan semakin terjerumus ke lubang kebinasaan dan kehinaan yang paling dalam, serta akan semakin jauh meninggalkan agamanya.  Dan kita hanya tinggal menunggu waktu saja, bagaimana keruntuhan dan kehancuran ummat Islam ini akan segera terjadi. Maka pantaslah jika Rasulullah r bersabda, “Akan datang suatu zaman bahwa tidak akan tersisa Islam kecuali namanya saja dan tidak pula Al Qur’an kecuali tulisannya saja.” Dan semuanya itu sudah mulai (banyak yang) terjadi di tengah-tengah kemerosotan dan penderitaan ummat Islam.

عن حذيفة بن اليمان t قال : قال رسولالله r : من لا يهْتمّ بامْر المسلمين فليس منهم

Dari Hadzaifah bin Yaman t berkata, dari Rasulullah r bersabda, “Barangsiapa tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk golongan mereka…”
(HR At Tahabrani, At Targhib Wat Tarhib)

Demikian ini merupakan kondisi nyata yang telah menimpa ummat Islam, yang berawal dari ditinggalkannya ajaran Islam dan tidak mendakwahkan serta tidak mau menyebarkan Al Qur’an. Maka pantaslah kala itu bahwa Imam Malik rah. telah memberikan arahannya untuk mengembalikan kejayaan dan kewibawaan ummat ini dengan berkata;

لن يصلح أخر هذه الأمة إلا ما أصلح أولها

Tidak akan menjadi baik ummat (pada kurun atau abad) terakhir ini, kecuali dengan cara perbaikan (seperti yang terjadi pada) ummat terdahulu.”

Jika ummat ini mau kembali kepada ajaran yang benar, mau mendakwahkan dan menyebarkan Al Qur’an (mau mengusahakan agar Al Qur’an bisa wujud dalam hati setiap ummat Islam), mau mengukuti jalan hidup orang-orang yang telah sukses (yaitu Rasulullah r dan para sahabatnya), mau berlaku zuhud dan tidak cinta akan dunia, serta bersabar dalam menghadapi segala kesulitan dan tidak mengharap untuk dimulyakan (dihormati) oleh orang lain, maka kemuliaan dan kehormatan Islam akan kembali bersinar. Allah Y akan kembali menolong dan memuliakan ummat Islam, dan Allah Y akan memasukkan rasa takut dalam hati-hati orang kafir (terhadap Islam), dan mereka (orang-orang kafir) akan menghormati atau tunduk patuh di bawah panji-panji Islam.

Dari Ubayy bin Ka’ab t bahwasannya ia berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Sampaikanlah berita gembira kepada ummat ini (bahwa mereka akan memperoleh) kedudukan yang tinggi, kehormatan, pertolongan, dan kekuasaan di muka bumi…” (HR Ahmad)

Jika hal tersebut di atas juga dilakukan oleh generasi ummat pada saat ini, akan menjadikan ummat ini sebagai ummat yang berkualitas dan kuat. Al Qur’an akan hidup pada hati-hati setiap orang yang beriman, sehingga mereka mampu menampakkan akhlak yang mulia, mengembalikan moral yang telah tercabik-cabik, menghidupkan kembali amalan-amalan (dan budaya) Islam yang selama ini telah menghilang, menjadikan orang-orang Islam sebagai pribadi-pribadi yang Islami (Islam sejati) serta akan menjadi panutan bagi setiap orang (baik itu orang kafir, apalagi kaum muslimin), dan puncaknya adalah akan banyak orang-orang di luar Islam yang masuk (tunduk atau pasrah) ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong, sebagaimana telah terjadi pada zaman Nabi r dan para sahabat y.

#sŒÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ |M÷ƒr&uur }¨$¨Y9$# šcqè=ä{ôtƒ Îû Ç`ƒÏŠ «!$# %[`#uqøùr& ÇËÈ

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” (An Nashr : 1-2)

Ini adalah sedikit alasan yang melatarbelakangi mengapa perlunya didirikan Ma’had Pendidikan dan Dakwah Islamiyah, Nurum Mubin. Belum lagi adanya rencana yang telah dibuat oleh kaum kristiani untuk mendirikan gereja di kampung ini (Sampangan), yang sekarang[4] prosesnya sudah sampai pada tahap pembuatan pondasi, sehingga semakin memperparah kondisi ummat Islam yang ada di sekitarnya. Mengingat berdasarkan sejarahnya, dahulu penduduk di Sampangan 100% merupakan kaum muslimin. Namun akibat miskinnya keimanan, ketakwaan, ilmu dan amal yang ada pada ummat Islam (di daerah Sampangan), program kristenisasi yang telah dilakukan oleh kaum nasrani menyebabkan mereka berpaling dan melepaskan agama Islam. Sekarang hanya tersisa 50% dari warga muslim yang ada di Sampangan. Umumnya alasan yang mereka gunakan untuk meninggalkan agama Islam adalah disebabkan lemahnya ekonomi (pangan, sandang, papan), masalah pendidikan bagi anak-anaknya, maupun dengan sebab pernikahan. Dan kesemuanya itu berasal dari satu perkara pokok yang sangat fundamental, yaitu akibat lemahnya akidah, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar ke-Islaman.
Kami sangat berharap dengan terbentuknya ma’had Nurum Mubin ini, dapat membantu dan memudahkan ummat Islam dalam memahami, menghapal serta mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dan harapan kami yang terbesar adalah semoga dengan adanya pondok pesantren ini mampu meningkatkan keimanan, keyakinan dan ketakwaan semua ummat muslim, khususnya yang ada di sekitar pondok pesantren (dusun Sampangan), dan juga mampu memberikan perkembangan pengetahuan serta pengalaman yang lebih baik dan lebih banyak lagi akan agama Islam, serta untuk melindungi aqidah kaum meslimin dari serangan dan pelecehan agama lain.
Selain daripada itu semua adalah untuk mewujudkan beberapa perkara yang dirasa sangat penting demi kelangsungan hidup beragama, dan juga untuk kebahagiaan, ketentraman dan kesuksesan ummat Islam itu sendiri, diantaranya;
  • Menjaga kemurnian Al Qur’an dan Al Hadits serta ajaran-ajarannya dari penyimpangan-penyimpangan yang telah dilakukan oleh kaum misionaris, orang-orang munafik dan para penganut Islam Liberal. Mencetak generasi-generasi Islam yang hapal Al Qur’an dan Al Hadits.
  • Memberikan pemahaman yang benar mengenai Al Qur’an dan As Sunnah, sesuai dengan petunjuk Rasulullah r, para sahabat y dan para ulama’ rasyidiin.
  • Untuk membumikan Al Qur’an dan As Sunnah pada setiap orang mukmin (khususnya para hufadz Al Qur’an), sehingga bisa menjadi contoh kehidupan yang baik bagi kaum muslimin (khususnya) dan orang-orang non muslim (umumnya). Menumbuhkan ruh keislaman hingga mengakar kuat dalam hati-hati dan kehidupan kaum mu’minin.
  • Mencetak kader-kader Islam yang rabbaniyah, berkualitas dan bertanggung jawab pada diri dan agamanya.
  • Membentuk kader yang mau memikirkan kelangsungan perkembangan agama Islam dan kondisi ummat, yang dewasa ini semakin dilanda kemerosotan.
  • Menciptakan kehidupan yang harmonis dan seimbang antara pemimpin (umara’) dan rakyat, antara orang tua dan orang muda, antara orangtua dengan anak-anaknya, dan antara alim ulama’ dengan ummat.

DASAR PEMIKIRAN

Pendirian Ma’had Nurum Mubin ini didasarkan pada firman-firman Allah Y dan hadits-hadits Rasulullah r, sebagaimana yang akan kami sebutkan di bawah ini. Selain itu juga mempertimbangkan akan besarnya fadhilah (keutamaan) dalam menghapal Al Qur’an dan Al Hadits serta menuntut Ilmu. Dan yang terutama sekali adalah untuk siar Islam serta li i’laai kalimatillah, sehingga dapat digunakan untuk mempersiapkan bekal dan sebagai tabungan masa depan di akherat bagi orangtua, anak, pihak pengelola maupun kaum muslimin yang ikut membantu terlaksanannya pendirian pondok pesantren ini.

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrߐÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Yunus : 57)

ö@t/ uqèd 7M»tƒ#uä ×M»oYÉit/ Îû Írßß¹ šúïÏ%©!$# (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# 4 $tBur ßysøgs !$uZÏF»tƒ$t«Î/ žwÎ) šcqßJÎ=»©à9$# ÇÍÒÈ
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu[5]. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (Al ‘Ankabuut : 49)

tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; Demikianlah[6] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al Furqaan : 32)


÷rr& ÷ŠÎ Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ
Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al Quran itu dengan tartil[7] (perlahan-lahan).”
(Al Muzzammil : 4)

Dari Utsman bin ‘Affan t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Dari Umar bin Khaththab t, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan merendahkan yang lainnya dengannya pula.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Mas’ud t, telah bersabda Rasulullah r, “Barang siapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu hasanah (kebaikan). Dan satu hasanah itu sama dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, saling mengajarkannya sesama mereka, kecuali diturunkan kepada mereka sakinah, rahmat menyirami mereka, para malaikat akan mengerumuni mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di kalangan malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR Muslim, Abu Daud)
Dari Mu’adz al Juhani t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda, “Barangsiapa membaca Al Qur’an dan beramal dengannya, maka pada hari Kiamat kedua ibu-bapaknya akan dipakaikan mahkota yang sinarnya lebih bagus (terang) daripada sinar matahari, seandainya matahari itu berada dalam rumah-rumah kalian di dunia. (Jika ibu-bapaknya saja memperoleh pahala seperti itu) maka bagaimana menurut perkiraanmu pahala bagi orang yang mengamalkannya sendiri?” (HR Abu Daud, bab Pahala Membaca Al Qur’an, Hadits nomor 1453)
Imam Thabrani rah. di dalam kitab Jam’ul Fawaid telah meriwayatkan hadits dari Anas t, Rasulullah r bersabda, “Barangsiapa mengajarkan anaknya membaca Al Qur’an, maka dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barangsiapa yang mengajarkan anaknya hingga menjadi hafidz Al Qur’an, maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan dikatakan kepada anaknya, ‘Mulailah membaca Al Qur’an!’ Ketika anaknya mulai membaca satu ayat Al Qur’an, ayah (orangtua)nya dinaikkan satu derajat hingga terus bertambah tinggi sampai tamat bacaannya.”
Dari Abdullah t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Belajarlah Al Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain; Belajarlah (tuntutlah) ilmu dan ajarkanlah kepada orang lain; Pelajarilah perkara-perkara yang fardhu (ilmu faraaidh yaitu pembagian harta pusaka) dan ajarkanlah manusia dengannya, karena aku adalah manusia yang akan ditarik dari dunia ini (wafat), dan sesungguhnya ilmu pengetahuan juga akan segera diangkat, sehingga (suatu saat nanti) dua orang akan berselisih tentang perkara yang fardhu, sedangkan tidak ada seorangpun yang memberitahukan pada keduanya tentang perkara fardhu tersebut.” (HR Baihaqi dalan Syu’bul Iman II/255)
Dari Abu Hurairah t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya diantara amal-amal kebaikan seorang mu’min yang akan terus mengikutinya walaupun setelah wafatnya ialah; (1) Ilmu yang ia ajarkan dan ia sebarkan; (2) Anak shalih yang ia tinggalkan; (3) Mushaf Al Qur’an yang ia wariskan (ajarkan); (4) Masjid yang ia bangun; (5) Rumah (peristirahatan) untuk para musafir yang ia bangun; (6) Sungai yang ia alirkan; dan (7) Sedekah yang ia berikan dari hartanya ketika ia masih hidup dan masih sehat. (Pahala amal-amal ini) terus mengalir kapadanya meskipun ia telah meninggal dunia.” (HR Ibnu Majah, bab Pahala yang Mengajarkan Kebaikan pada Manusia, Hadits nomor 242)
Dari Abudullah bin ‘Amr y berkata, aku telah mendengar Rasulullah r bersabda, “Sesungguhnya Allah Y tidak akan menarik ilmu dengan mencabutnya dari hati hamba-hamba-Nya (pada akhir zaman), akan tetapi Allah Y akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’ (satu demi satu), sehingga apabila sudah tidak tersisa lagi satu ulama pun, maka manusia akan mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpinnya. Ketika mereka (para pemimpin yang bodoh itu) ditanya (tentang masalah-masalah agama), maka mereka mengeluarkan fatwa tanpa didasari ilmu, sehingga mereka sendiri sesat dan menyesatkan (orang lain).” (HR Bukhari, Bab Bagaimana Ilmu akan Dicabut? Hadits nomor 100)





MAKSUD DAN TUJUAN

Visi

  • Menjaga kemurnian Al Qur’an dan Al Hadits serta ajaran-ajarannya dari berbagai macam penyimpangan dan penyalahgunaan.
  • Membumikan Al Qur’an dan As Sunnah pada setiap orang mukmin. Mencetak generasi-generasi muda Islam yang rabbaniyah, berkualitas dan bertanggung jawab pada diri dan agamanya, serta hapal Al Qur’an dan Al Hadits.
  • Membentuk mental yang baik dan akhlak yang mulia pada setiap santri, serta membina lingkungan sekitar yang kondusif bagi perkembangan mental anak dan jasmaninya.
  • Membentuk kader yang mau memikirkan kelangsungan perkembangan agama Islam dan kondisi ummat, serta menyebarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan As –Sunnah.
  • Menciptakan kehidupan yang harmonis dan seimbang antara pemimpin (umara’) dan rakyat, antara orang tua dan orang muda, antara orangtua dengan anak-anaknya, dan antara alim ulama’ dengan ummat.


Misi

  • Menyelenggarakan proses pendidikan yang mengajarkan materi Al Qur’an, Al Hadits dan Fiqih, dengan cara menghapal naskah dan pemberikan pemahaman yang benar mengenai Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ ulama’.
  • Mengajarkan dan menjelaskan kandungan yang ada di dalam Al Qur’an dan As Sunah serta mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, hingga dapat menumbuhkan ruh keislaman yang mengakar kuat dalam hati-hati dan kehidupan kaum mu’minin (khususnya para santri).
  • Mengajarkan akhlak Rasulullah r serta cara mengatasi problem yang menimpa diri sendiri (dan orang lain). Membentuk mental yang kuat pada setiap santri.
  • Menyelenggarakan kegiatan extra yang bermanfaat (seperti olahraga, skill ketrampilan dll) dan sesuai dengan sunnah Nabi r.
  • Melatih setiap santri untuk terjun langsung di tengah-tengah masyarakat, agar mau dan mampu mempraktekkan serta mendawahkan segala yang pernah didapat selama masa pembelajaran, yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits serta ijma’ ulama’. Belajar memberikan arahan kepada masyarakat (temasuk umara’) dalam merealisasikan ajaran Nabi r dan hubungan antar sesama masyarakat.




BENTUK KEGIATAN


  1. Tahap pertama pembebasan tanah (sudah terlaksana dengan adanya wakaf  tanah sebesar 300 m2).
  2. Pembangunan gedung Ma’had Nurum Mubin.
  3. Pengadaan infrastuktur serta sarana dan prasara.
  4. Penyusunan dan evaluasi sistem pendidikan.

Oleh karena tahap pembebasan tanah sudah terlaksana, kegiatan selanjutnya akan difokuskan pada pembangunan gedung Ma’had Nurum Mubin, dengan penjabaran kegiatan pembangunan sebagai berikut:
  1. Sub kegiatan:
    1. Pembuatan desain gedung
    2. Pembuatan bangunan pokok
    3. Finishing gedung
    4. Starter santri
    5. Perumusan Sistem & Kurikulum Pendidikan

  1. Jadual kegiatan:
Kegiatan
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
Bulan 7
Pembuatan desain gedung






Pembuatan bangunan pokok
Finishing gedung[8]






Starter santri[9]






Perumusan Sistem & Kurikulum Pendidikan







  1. Gambar Desain Bangunan
 Lihat lampiran

  1. Rencana anggaran:
Anggaran pembangunan per meternya adalah Rp 2,3 juta.
Total dana yang dibutuhkan adalah Rp 989.000.000,-[10] dengan rinciannya adalah sbb:
Lt I      = 213,5 m2 x 2,3 juta = 491,05 juta
Lt II     = 216,5 m2 x 2,3 juta = 497,95 juta
  1. Susunan panitia pelaksana:
Susunan Panitia Pelaksana Pendirian
Ma’had Tahfidzul Qur’an “Nurum Mubin


Pelindung                               : BrigJen.Pol (Purn) H. Anwari bin Ahmad.
Penasehat                              : ê
1.      KH Sunardi Syahuri.
2.      Dr. Ahmad Muhammad Diponegoro, MAg.

Dewan Pakar                         : ê
1.      Ust Sufyan Nur Al Maky.
2.      KH ‘Uzairon.
3.      KH Mukhlisun.
Pengelola                               : Yayasan Nurum Mubin.
Ketua Pelaksana                    : Muhammad Syamsul Arifin, SP.
Sekertaris                               : Fery Zulkarnaen, ST.
Bendahara                             : H. Bahtiar Agus Efendi.
Pengawas                               : H. Djamhuri, BA.
Bid. Pembangunan                : Beni Suhendra SE., Msi; Dian, ST; M Fadli; Mujadid.
Bid. Pendidikan                     : ê
·         Tahfidz Al Qur’an     : Ust …………………..
·         Umum            (Diknas)         : H. Arif Rahman Hakim, SAg.
Sie Humas                              : H. Abdul Qudus Zohair, M.Pd.
LITBANG                               : Yoseph Muniri SAg.
Promosi                                 : Zuher Ahmad, SP; Yuswardi, SE.
P’lengkapan & Rmh Tangga            : Nyoto.
Keamanan                             : Andoyo; Totok (Nur Salim); Bari.
Konsultan Pendidikan          : Nurul Hidayah SPsi., MSi., Psi.
KONTAC PERSON                : ê
·         MS Arifin                    : (0274) 7000556 ; 085292181812
·         Agus                           : (0274) 7404823 ; 443108
·         E-Mail                                    : nurummubin@gmail.com  atau  nurummubin@yahoo.co.id
·         Website                      : http://Nurum-mubin.blogspot.com



PENUTUP
Demikianlah proposal pembangunan gedung Ma’had Nurum Mubin kami sampaikan. Semoga Allah Y meringankan langkah Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam mensukseskan pelaksaan pembangunan gedung ma’had ini, sehingga dapat menjadi tabungan amal saleh di akhirat kelak. Amin.




[1] : Televisi, Komputer, Internet, Play Stations, Handphone, Media Cetak, Radio dan lainnya.
[2] : Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah : Memperolokkan agama itu, mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
[3] : Menurut pendapat Abu Hanifah rah. adalah : hak Al Qur’an itu dikhatamkan dalam setahun dua kali, dan tidak kurang dari itu.
[4] : Sekarang : tanggal 15 Oktober 2010.
[5] : Maksudnya adalah : ayat-ayat Al Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin secara turun temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.
[6] : Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati nabi Muhammad r menjadi kuat dan tetap.
Departemen Agama telah memberikan tafsir mengenai ayat tersebut di atas (Al Furqaan : 32) dengan mengatakan, “Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Furqaan 32
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32)
Orang-orang Yahudi berkata: ‘Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepada Muhammad r sekali turun saja?’, seperti kitab-kitab dari Allah Y sebelumnya. Kitab Taurat kepada Musa u dan Kitab Zabur kepada Daud u. Anggapan orang-orang Yahudi bahwa kitab-kitab sebelum Al Qur’an diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya secara sekaligus adalah anggapan yang salah. Sebab kitab Taurat sendiri diturunkan dalam masa delapan belas tahun, seperti diterangkan pada beberapa nash di dalam kitab Taurat. Maka Allah Y menolak anggapan mereka itu dan menerangkan apa sebab-sebabnya, mengapa Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur.”
Demikianlah supaya Kami memperkuat hatimu dengan diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur dan agar mudah dihafalkannya.”
Tersebut dalam firman Allah Y:

وقرآنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث ونزلناه تنزيلا

Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al Isra': 106)

[7] : Ali bin Abi Thalib t menjelaskan arti tartil dalam ayat ini, yaitu mentajuwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqof.
[8]  : Pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapang.
[9]  : Sifatnya flexibel, bisa dilaksanakan sebelum finising atau pada saat pembangunan gedung sedang berjalan.
[10] : Dana tersebut di atas belum termasuk ongkos urug,  tempat parkir, ruang jemur dan taman.